Admin | 05 Jan 2025
Oleh: *Munawar M. Ali*
(Pengasuh Ponpes Kampung Al Qur'an)
Sebagai lembaga pendidikan dan dakwah, pondok pesantren sudah berkontribusi besar bagi kehidupan berbangsa dan bernegara. Seiring perkembangan zaman, pesantren mulai bertransformasi dan memperluas peranannya ke ranah sosial.
Tidak hanya itu saja, di era digital saat ini pesantren tidak hanya berkutat pada kurikulum berbasis keagamaan semata melainkan juga sudah melengkapi diri dengan kurikulum umum layaknya sekolah di luar pesantren seperti SMP dan SMA. Bahkan beberapa pesantren sudah memiliki perguruan tinggi yang cukup dikenal publik seperti Universitas Darussalam Gontor (Pondok Pesantren Modern Gontor), Institut Dirosat Islamiyah Al-Amien (Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan), dan Institut Ilmu Keislaman An-Nuqayyah (Pondok Pesantren An- Nuqayyah). Suhartini (2005) menyatakan, pondok pesanren memiliki tiga fungsi utama, yaitu: pertama, sebagai pusat pengkaderan pemikir-pemikir agama (center of excellent); kedua, sebagai lembaga yang mencetak sumber daya manusia (human resource); ketiga, sebagai lembaga yang mempunyai kekuatan melakukan pemberdayaan pada masyarakat (agent of development).
Keberadaan pesantren di Indonesia sudah dimulai sejak Islam masuk ke Indonesia itu sendiri. Sebagai lembaga pendidikan yang telah mengakar kuat di bumi nusantara, pondok pesantren memiliki andil yang sangat besar terhadap perjalanan sejarah bangsa. Kini pesantren sudah mulai diterima oleh banyak kalangan sehingga tidak salah jika banyak orang yang melirik keunggulan sistem pendidikan yang ada di pesantren.
Di era perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, pesantren dituntut mampu beradaptasi dengan segala perubahan yang ada. Para santri harus dibekali dengan berbagai keahlian yang tentunya sesuai dengan perkembangan zaman tanpa harus membuang sistem pendidikan klasik yang menjadi ciri khas pesantren. Sistem pendidikan pesantren terbukti ampuh dalam sejarahnya sebagai sistem pendidikan yang mampu memerdekakan santrinya dari ketergantungan pada orang lain.
Ciri khas pesantren adalah pengajaran tentqng kemandirian kepada semua santrinya. Kemandirian juga merupakan penanaman awal dari oendidikan kewirausahaan di pondok pesantren. Kemandirian ini menjadi senjata dan modal penting bagi santri untuk membangun ekonomi umat yang masih tertinggal dari umat agama lain. Ketertinggalan umat Islam dalam bidang ekonomi harus menjadi titik tolak bagi pondok pesantren untuk mendidik santrinya menjadi pengusaha yang beriman.
Tabir kewirausahaan di pesantren harus dibuka selebar- lebarnya dengan menaladani semangat Nabi Muhammad Saw. dalam berbisnis. Institusi pesantren harus menunjukkan kepada dunia bahwa para alumninya mampu berkontribusi bagi kemajuan bangsa dan negara.
Selain mendidik santri dengan pengetahuan agama, pesantren juga dianggap perlu membekali para santrinya dengan pendidikan umum dan juga pendidikan kewirausahaan sebagai salah satu langkah untuk mencetak santri yang memiliki mental dan kemandirian secara ekonomi. Sebagaimana yang dicontohkan oleh Kanjeng Nabi Saw. di usianya yang masih muda.
Jumlah pesantren yang banyak di seluruh Indonesia saat ini, memiliki peran strategis untuk ikut andil dalam mengurai persoalan ekonomi umat seperti kemiskinan dan pengangguran. Pengetahuan tentang kewirausahaan harus diberikan sejak usia dini terutama kepada generasi santri ketika mereka masih mengenyam pendidikan di pondok pesantren agar mereka memiliki kemampuan dan keterampilan serta pemahaman berwirausaha sebagai salah satu bekal dan modal utama bagi mereka setelah keluar dari pondok pesantren kelak.
Para santri harus dibekali dengan nilai-nilai kejujuran, kemandirian, kedisiplinan dan etos kerja sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah Saw. Dengan nilai ini, diharapkan akan lahir seorang santri yang kreatif, inovatif dan mandiri secara financial sehingga mampu memberi dampak positif bagi masyarakat sekitarnya ketika dia berdakwah nanti.
Wallahu a'lamu